Selasa, 07 Juni 2011

FiSioLogi saraf Pada inverteBrata


Fisiologi Saraf Pada Invertebrata

Sistem saraf terdapat pada semua vertebrata dan kebanyakan avertebrata. Sistem tersebut berhubungan dengan sifat universal kehidupan yang kita sebut irritabilitas atau peka terhadap ransangan, yakni kemampuan sel dan organisme utuh untuk merespon dengan cara yang khas terhadap perubahan-perubahan di lingkungan yang disebut stimulus (jamak, stimuli). Stimulus mungkin berasal dari perubahan-perubahan internal maupun eksternal. Reaksi spesifik yang disebabkan oleh suatu stimulus yang disebut respon. Umumnya respon menyebabkan suatu penyesuaian yang berakibat pada entitas secara keseluruhan. Reaksi-reaksi stimulus-respon biasanya cepat dan menyediakan mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kekonstanan internal dalam menghadapi perubahan lingkungan.
Pada kebanyakan sistem saraf, serabut-serabut yang saling berhubungan membentuk jaringan komunikasi yang memungkinkan pengawasan secara terus menerus atas kondisi-kondisi internal dan eksternal. Sinyal-sinyal dalam bentuk aliran arus listrik yang disebut impuls saraf , diangkut dari suatu bagian sistem saraf menuju bagian lain. Pembangkitan impuls disebut eksitasi , dan merupakan akibat dari aliran ion terlokalisasi. Sistem saraf yang dimiliki oleh hewan berbeda-beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin komplek sistem sarafnya.
1.      Saraf pada Protozoa
Protoza misalnya amoeba tidak mempunyai susunan saraf tetapi mempunyai kepekaan terhadap rangsang dari luar dan mampu menanggapi rangsang tersebut, misalnya rangsangan yang berupa cahaya dan sentuhan. Jika rangsanganya kuat, protozoa menjauh,sebaliknya jika rangsang itu lemah akan mendekat.
·      Amoeba
Pada Amoeba belum mempunyai alat khusus untuk menerima rangsang. Alatnya disebut taksisyang dibagi menjadi beberapa macam taksis. Yaitu termotaksis positif dan negaif, fototaksis positif dan negative, tigmotaksis positif dan negative, kemotaksis positif dan negative, galvanotaksis, geotaksis, dan rheotaksis (aliran air).
·      Paramaecium
Pada paramecium terdapat fibril yang peka terhadap suhu dan sinar, serta berfungsi untuk mengatur gerakan silianya. Termotaksis pada hewan ini yang optimum adalah 240C dan 280C.






·      Euglena viridis
Euglena viridis pada bagian anterior dekat akhir kerongkongan terdapat stigma (titik mata merah)yang tersusun atas protoplasma yang banyak mengandung granulla haematocrhrom. Diduga stigma berfungsi sebagai mata yang primitive. Pendapat ini didasarkan adanya lensa berupa butir-butir para amilum pada bagian anterior. Hewan kecil ini dapat mendeteksi kekuatan dan arah cahaya. Ia lebih suka lokasi dengan cahaya moderat dan menjauh dari kegelapan dan cahaya terang. Euglena viridis mungkin menggunakan reseptor ini untuk menjaga diri dalam cahaya yang mereka gunakan untuk fotosintesis. Euglena viridis menggunakan fotosintesis untuk energi meskipun mereka bisa makan makanan padat (seperti binatang), jika mereka disimpan di kegelapan.

2.      Saraf pada Porifera
Tubuh porifera masih diorganisasi tingkat seluler, artinya tersusun atas sel-sel yang cenderung bekerja secara mandiri, masih belum ada koordinasi antara sel satu dengansel lainnya. Spons adalah satu-satunya hewan tanpa system saraf. Mereka tidak memiliki sel saraf ataupun sel indra. Akan tetapi adanya sentuhan atau tekanan menyebabkan kontraksi local tubuhnya. Hal ini berarti spons menanggapi lingkungannya secara interseluler.

3.      Saraf pada Coelenterata
·           Hydra
Hydra memiliki sistem saraf difus. Disebut sistem saraf difus karena sel-sel saraf masih tersebar dan saling berhubungan satu sama lain menyerupai jala maka juga disebut saraf jala (jaring saraf). Sel-sel sarafnya belum berkutup dan neurit yang dimiliki hanyalah tonjolan-tonjolan badan sel saraf saja atu prosessus.
Hydra umunya bereaksi dengan cara yang sama tanpa memperhatikan arah rangsangan, hal ini juga disebabkan karena kesederhanaan system sarafnya.
Perilakunya:
a.       Reaksi terhadap stimulus internal
ü  Pada substrat dan tidak diganggu →gerak spontan tubuh dan tentakel
ü  Jika makanan tersedia gerak tubuh dan tantakel lambat, dan cepat jika lapar
ü  Gerak dihasilkan dari serabut kontraktilsel apitel dan endotel ketika distimulasi pada nerve
b.      Reaksi terhadap stimulus eksternal
ü  Sentuhan /kontak
Lemah: bebrapa bagian tubuh/bagian yang disentuh saja
Kuat: seluruh tubuh
ü  Cahaya
Sangat terang→negatif
ü  Temperature
200-250 C→negatif






·           Aurelia aurita (ubur-ubur)
Seperti ular naga itu, ubur-ubur tersebut memiliki sistem saraf ditandai oleh serangkaian sel saraf yang saling berhubungan (jaring saraf). Jaring saraf melakukan impuls di seluruh tubuh ubur-ubur. Kekuatan respon perilaku sebanding dengan kekuatan rangsangan. Dengan kata lain, semakin kuat stimulus, semakin besar tanggapan. Beberapa ubur-ubur (misalnya, Aurelia) memiliki struktur khusus yang disebut "rhopalia". Rhopalia ini memiliki reseptor untuk:
ü  cahaya (disebut ocelli)
ü  keseimbangan  (disebut statocysts)
ü  kimia deteksi (Penciuman)
ü  sentuhan (disebut lappets indra)
·           Anemon Laut
System saraf anemone laut sangat sederhana. Susunan sarafnya bersistem difus dan belum Nampak adanya susunan saraf pusat. System saraf tersebut terdiri atas pleksus epidermal dan pleksus gastrodermal, yang masing-masing tersusun atas serabut saraf dan sel ganglion yang besar. Pleksus tersebut makin intensif terutama di bagian tantakel, diskus oral maupun stomodium. System saraf ini mempersarafi sitem musculusnya yang  telah berkembang lebih sempurna dibandingkan dengan anggota coelenterate lainnya. Bila ada makanan maka tantakel ini akan bergerak cepat untuk menjeratnya.

4.      Saraf pada Platyhelminthes
·         Planaria
Susunan sarf planaria sudah ditemukan sejumlah ganglion yang berfungsi sebagai pusat susunan saraf. Planaria menghindarkan diri, bila terkena sinar yang kuat. Pada planaria juga sudah memiliki organ indra, berupa sepasang mata utuk yang berperan sebagai:
1.      Kemoreseptor
2.      Tangoreseptor
3.      Rheoreseptor
Mata atau ocelli terdapat sepasang. Padanya terdapat cupe-like        ke artro-lateral. Cup dibatasi lapisan sel pigmen. Pada mata tidak terdapat lensa. Mata tersebut tidak mampu memfokuskan cahaya dan hanya berfungsi membedakan antara gelap dan terang.

·         Cacing tanah
Cacing tanah ini memiliki sistem syaraf sederhana namun sensitif. Ganglion otak, atau otak, terhubung ke kabel saraf perut, yang menjalankan panjang tubuhnya. Setiap ganglion segmental harus terkoordinasi satu sama lain karena mereka harus berinteraksi dalam rangka untuk mengendalikan kontraksi otot di setiap segmen yang bertanggung jawab untuk bergerak. Berkat sistem saraf responsif, cacing tanah adalah sensitif terhadap sentuhan, cahaya dari depan atau di belakang, kelembaban, bahan kimia, suhu, dan getaran. Beberapa macam reseptor:
a.       Reseptor epidermal meluas didaerah epidermis yaitu daerah ventral dan lateral
b.      Reseptor bikal, terdapat di daerah bikal (rongga mulut)
c.       Reseptor yang meluas di daerah dorsal. Fungsinya untuk menghindari cahaya kuat dan tidak terdapat pada daerah klitelum

1) Anus
2) Usus
3) ganglion Cerebral
 4) Prostomium
5) Mulut
6) Saraf kerah
7) Segmental ganglion
7) 8) Pharynx
9) kerongkongan
10) saraf Segmental
11) lambung
 12) rempela
13) kabel saraf ventral


·         Hirudinea (lintah)
Hewan ini telah memiliki indra sebagai organ reseptor. Memiliki 5 pasang mata.
1.      Ujung saraf bebas
Terdapat di seluruh permukaan tubuh (antara epidermis dan sel ganglion). Fungsinya sebagai kemoreseptor.
2.      Reseptor annular
Terdiri dari 36 baris annular dan terbagi menjadi 18 baris yang berada di daerah dorsal serta 18 baris lainnya di daerah ventral. Fungsinya sebagai tangoreseptor atau organ yang peka terhadap sentuhan.
3.      Reseptor segmental
Terdapat 4 pasang di daerah dorsal dan 3 pasang di daerah ventral. Terdapat dua tipe sel yaitu tango reseptor dan photorreseptor. Sel-sel photoreceptor yang hanya ada di daerah dorsal terdiri dari subtract hyaline (lensa).
                                                Gambar Lintah
5.      Saraf pada Insekta
Salah satu contoh dari insekta adalah belalang. Organ reseptor belalang terdiri dari:
a.       Organ takstil→berupa antena, kaki yang paling besar, cerci, dan distal system kaki. Fungsinya adalah sebagai tigmoreseptor.
b.      Organ olfaktori→antena
c.       Organ gustatori→antena
d.      Organ visual→mata majemuk dan mata oceli
e.       Organ audoti→terdiri dari membrane timpani  berupa cincin chitio. Di bagian apparatus terdapat organ muler yang terdiri dari scolopidia.
f.       Mata majemuk pada belalang tidak terdapat batang/tangkai
g.      Suara yang berasal dari getaran tibial spiner (spina pada daerah tibia) pada kaki belalang dan bagian vena sayap.
Sensitifitas terhadap tekanan dan sentuhan adalah mekanoreseptor. Diantara mekanoreseptor yang paling sederhana adalah ujung-ujung saraf yang ditemukan pada jaringan ikat dikulit. Struktur sensori ini berfungsi sebagai filter terhadap energi mekanik melalui berbagai cara. Pada antropoda ujung-ujung sensori sensitif secara mekanik dihubungkan dengan erabut otot khususdan sensila seperti rambut yang merentang pada eksos skeleton anntropoda.
Belalang memiliki sepasang potongan kecil sensori pada antena, toraks dan abdomen yang sensitif terhadap panas. Bila potongan kecil itu dihilangkan maka belalang tidak lagi merespon terhadap sumber panas.
Belalang akan mendekati sumber cahaya bila dalam keadaan jauh dan akan menjauhinya bila dalam keadaan dekat. Hal ini dikarenakan oleh mata mejemuk yang dimiliki oleh serangga yang berfungsi sabagai reseptor penglihatan yang terpisah. Cahaya yang dapat masuk hanya cahaya yang masuk kedalam omatidium yang paralel (atau hampir) dengan sumbu panjang yang mundur yang diserap oleh pigmen-pegmen penyaring. Sifat faset dalam mata mejemuk pada serangga bertindak sebagai lensa yang menghimpun khas cahaya dari seluruh bagian objek yang dipandang dan meneruskannya kembali. Serangga akan menjauhi cahaya dalam jarak dekat dikarenakan terlalu banyaknya cahaya yang masuk ke sistem mata mejemuk yang hanya dapat menyaring cahaya dalam jumlah kecil.
Kemoreseptor pada insekta dalam hal ini adalah belalang terlatak pada bagian mulut, antenna, dan kakinya. Oleh karena itu walaupun gerakan beleleng menjauhi cahaya namun antenna dan kakinya bergerak.
System saraf belalang ditunjukkan oleh warna biru.



6.      Saraf  pada Echinodermata
Salah satu contoh Echinodermata adalah bintang laut. System sarafnya terdiri dari batang saraf radial pada masing-masing lengan yang menjulur di atas alur ambulakral. Disebut juga sebagai system cincin pusat. Batang-batang saraf radial itu bertemu pada cincin saraf oralis yang melingkari daerah mulut atau oral. Pada masing-masing batang sarf radial terdapat cabang: 1. Sepasang saraf ke daerah aboral, 2. Saraf ke aboral peritoneum, Serabut-serabut saraf yang menuju ke indra perasa pada kaki.
Ujung saraf radial mengecil, lunak, bersambungan dengan indra peraba dan titik mata yang peka terhadap sinar. Diantara sel-sel epidermis terdapat daerah-daerah jaringan saraf, sedang pada branchia dermalis terdapat alat sensoris.
 Tampakan cincin saraf Bintang Laut

                           Gambar Bintang Laut



           













SUMBER

http://www.wikipedia.com.
Jasin, Maskeri. 1992. Zoolgi Invertebrata. Surabaya. Sinar Wijaya.
                                        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar